DIALEKTIKA — Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dari Universitas Kuningan (Unisa) dan Universitas Aisyiyah (Unisa) Bandung, bertajuk “Kemandirian Ekonomi Komunitas Disabilitas Rungu Wicara Melalui Pelatihan Produksi Roti dan Pemasaran Digital” telah terlaksana baik di Desa Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat pada tanggal 13-15 September 2024.
adapun tujuan dari PKM ini adalah untuk mendorong terciptanya kemandirian ekonomi bagi komunitas disabilitas, terutama bagi mereka yang rungu wicara.
Kegiatan ini melibatkan pemerintah desa, komunitas disabilitas, kepala sekolah SLB, mitra, dan Camat Singaparna yang secara resmi membuka acara.
Ketua Tim PKM Teti Rahmawati, SE., M.Si., Ak. CA., Kamis 19 September 2024, mengatakan, “Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara akademisi dari Universitas Kuningan (Uniku) dan Universitas “Aisyiyah (Unisa) Bandung, yang bermitra dengan Komunitas Disabilitas Singaparna, Pemerintah Desa Singaparna, Tim Inklusi PD “Aisyiyah Kabupaten Tasikmalaya, dan ABS Bakery Bandung menggelar Pelatihan Produksi Roti dan Kue Kering untuk para Difabel Rungu Wicara.”
Bahwa, tujuan dari acara ini adalah untuk membantu orang dengan disabilitas rungu wicara dengan mengajarkan mereka teknik membuat roti dan pemasaran digital. “Sehingga mereka dapat mengembangkan kemandirian ekonomi melalui usaha mikro,” tambahnya.
Teti menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk menanamkan inklusivitas di berbagai aspek kehidupan masyarakat, dengan harapan Desa Singaparna akan menjadi tempat yang ramah bagi semua orang.
Diharapkan Desa Singaparna akan menjadi model desa yang ramah disabilitas di masa depan, di mana komunitas disabilitas akan diberi kesempatan yang sama untuk berwirausaha dan membantu pembangunan ekonomi lokal. Dengan penuh harapan, dia berkata, “Para difabel rungu wicara diharapkan mampu mempraktikkan langsung semua keterampilan yang telah dipelajari dengan membuat produk roti dan kue kering secara mandiri dan mulai merancang strategi pemasaran melalui media digital,” tuturnya.
Namun, dipercayainya hasil pelatihan ini akan membantu komunitas disabilitas rungu wicara di Desa Singaparna bangkit secara finansial dan membantu ekonomi Desa.
Seorang ahli psikologi bernama Hayyinah Rahayu memberikan pelatihan peningkatan kepercayaan diri pada hari pertama. Materi ini dimaksudkan untuk membangun keyakinan komunitas disabilitas rungu wicara bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama dengan orang lain untuk berwirausaha dan mencapai kemandirian finansial. Selain itu, dia menegaskan bahwa pendampingan yang intensif membantu peserta melihat potensi mereka dan menyadari bahwa disabilitas bukanlah halangan untuk berhasil.
Pada sesi berikutnya, Siti Nuke Nurfatimah, seorang dosen di Uniku, mengajarkan peserta tentang pemasaran digital. Dia mengajarkan mereka tentang cara memasarkan produk roti mereka secara lebih luas dengan menggunakan platform digital seperti media sosial dan toko online.
Diharapkan materi ini akan memberi mereka peluang untuk mencapai pasar di luar Desa Singaparna. Para peserta dilatih untuk memanfaatkan berbagai platform digital seperti WhatsApp, Facebook, TikTok, dan Instagram untuk memasarkan produk. Selain itu, dia menjelaskan, “Dalam pelatihan ini ditekankan bahwa sebagian besar orang dewasa penyandang disabilitas rungu wicara memiliki smartphone Android, sehingga ada peluang besar untuk mengoptimalkan teknologi dalam pemasaran produk,” ucapnya.
Di hari kedua, masih menurut dosen Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Uniku, fokus pelatihan beralih pada produksi roti yang dipandu Bersama oleh Mimi Maryami dan Teti Rahmawati.
“Para peserta diajari teknik-teknik dasar pembuatan roti berkualitas. Para peserta tampak antusias dan semangat dalam belajar teknik baru yang diharapkan dapat menjadi modal awal untuk memulai usaha. Mereka diajak untuk mempraktikkan setiap tahap dari proses produksi agar kelak mampu menjalankan usaha mandiri,” katanya.
Di hari terakhir, peserta diajarkan untuk membuat kue kering menggunakan berbagai resep yang menarik. Diharapkan ini akan membantu bisnis mereka menjadi lebih variatif dalam produknya.
“Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi fondasi kuat bagi komunitas rungu wicara di Desa Singaparna untuk membangun usaha mandiri berbasis kuliner. Selain itu, dukungan dari pemerintah dan mitra semakin memperkuat tujuan untuk menjadikan Desa Singaparna sebagai desa ramah disabilitas yang inklusif, di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam berkontribusi terhadap perekonomian lokal,” urainya.
Dua mahasiswa semester empat dari Prodi Akuntansi FEB Uniku, Wulan Salma Hana dan Reyhan Rizalul Dzikri, turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan PKM tersebut di setiap tahap pelaksanaannya. Beberapa aspek keterlibatan mereka termasuk mempromosikan digital dan mengajar membuat roti dan kue kering.
Mereka membantu peserta memahami materi yang diberikan oleh para ahli dan mendampingi saat praktik langsung, memastikan peserta dapat mengikuti setiap tahapan dengan baik. Student experts in digital marketing juga mengajarkan peserta bagaimana memanfaatkan platform seperti WhatsApp, Facebook, TikTok, dan Instagram untuk memasarkan produk mereka. Menurutnya, mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dan pengalaman dunia nyata melalui keterlibatan ini, tetapi juga berkontribusi pada pemberdayaan komunitas disabilitas rungu wicara.
Selain itu, tim mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Khususnya, mereka berterima kasih kepada DRTPM, Dirjen Dikti Ristek, dan Kemendikbud Ristek Dikti RI yang telah membantu kegiatan ini berjalan dengan baik.
Di akhir acara, ia berharap ada kesempatan lebih lanjut di masa depan dengan program Bina Desa untuk mewujudkan Desa Singaparna Ramah Disabilitas dan Lansia.***
Baca juga berita-berita menarik Dialektika.id dengan klik Google News.