DIALEKTIKA KUNINGAN — Di tengah keheningan pagi Desa Dukuhmaja, Kecamatan Luragung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, matahari belum sepenuhnya menampakkan diri saat musibah kebakaran mulai membisikan kisah tragis.
Kobaran api, laksana naga purba yang terbangun dari tidur panjang, mulai merayap di sudut-sudut rumah seorang kakek, membawa maut dalam hembusan panasnya.
Diduga, “si jago merah” memulai petualangannya dari puntung rokok yang terabaikan. Terbayangkan, sebuah sinar kecil menyala-nyala seperti lidah mengklomoh bangunan rumah si kakek, lalu berubah menjadi perampok kehidupan, melenyapkan harapan dalam hitungan menit. Kamis 27 Februari 2025, pukul 06.30 WIB, naga api mulai menunjukkan taringnya, menelan rumah Sarjim tanpa ampun.
Warga Desa Dukuhmaja, layaknya semut yang tersengat, segera berhamburan menuju pusat bencana, yakni rumah Sarjim kebakaran.
Suara jeritan dan teriakan bersahutan, namun Sarjim seolah tak terdengar. Warga hanya bisa terpaku, terjebak dalam ketidakberdayaan menghadapi api yang membara.
Pemadam Kebakaran Kuningan
Tim Petugas Pemadam Kebakaran dari UPT Damkar Satpol PP Kabupaten Kuningan, laksana ksatria dalam baju zirah, datang bak pahlawan tak kenal lelah.
Pasukan pemadam kebakaran Kuningan, mereka berusaha menaklukkan naga api yang telah banyak mencuri kenangan dan harta benda milik sang kakek warga Dukuhmaja itu. Namun, waktu bukanlah kawan mereka kali ini.
Sarjim, kini terbaring dalam keabadian. Tubuhnya yang hangus menjadi saksi bisu dari perjuangan melawan panasnya juluran lidah api. Kakek tua itu mengakhiri hidupnya dalam pelukan si jago merah, tak ada tanda kekerasan, hanya kelelahan dari sebuah jiwa yang lelah bertarung.
Identifikasi dan Taksiran Kerugian
Penyebab kebakaran diduga akibat puntung rokok masih menyala yang asal buang. Rumah Sarjim kini tinggal puing, harta benda terbakar menjadi abu yang beterbangan.
Taksiran kerugian mencapai puluhan juta Rupiah, habis tak bersisa, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.
Trauma dan Kepedulian Warga
Warga Dukuhmaja, dalam diamnya, memutar kembali memori pagi itu. Trauma yang tak lekas hilang, bak bayangan hitam yang selalu mengikuti. Mereka belajar bahwa api, meskipun kecil, mampu menjadi monster yang tak terduga.
Dari tragedi ini, warga belajar tentang pentingnya kepedulian. Mereka bergotong royong, membangun kembali kehidupan yang luluh lantak. Bantuan bagi korban bencana harus datang dari berbagai penjuru, seperti hujan yang datang menyejukkan tanah yang kering.
Kepala UPT Damkar Satpol PP Kabupaten Kuningan, Andri Arga Kusumah, mengimbau agar masyarakat lebih waspada. Puntung rokok yang sepele, bisa saja menjadi musuh dalam selimut. Laporan kebakaran harus segera dilakukan, demi menghindari korban jiwa berikutnya.
Duka Kehilangan dan Api Pengingat
Rumah Sarjim kini hanya tinggal kenangan. Puing-puing yang berserakan menjadi saksi bisu dari kehilangan yang mendalam. Desa Dukuhmaja berduka, namun mereka berjanji untuk bangkit dan melanjutkan hidup.
Setiap kobaran api kini menjadi pengingat, betapa bahayanya kelalaian. Warga belajar untuk lebih berhati-hati, menjauhkan api dari kehidupan sehari-hari. Api yang biasa jadi penerang dan memberi kehangatan, kini menjadi pelajaran berharga tentang kewaspadaan.
Desa Dukuhmaja, meski dilanda duka, tetap berusaha menjalani hari. Mereka tak membiarkan tragedi ini menghancurkan semangat. Setiap pagi, meski ada bayangan kebakaran, mereka tetap menyapa matahari dengan penuh harapan.
Sarjim, kakek yang selalu tersenyum, kini telah pergi. Namun kisahnya tetap hidup dalam hati warga Dukuhmaja. Setiap kali mereka melihat api, mereka akan mengenang sang kakek dan tragedi yang tak akan pernah mereka lupakan.***
Baca juga berita-berita menarik dialektika.id/ dengan klik Google News.
