DIALEKTIKA KUNINGAN — Reuni Akbar Smanda Kuningan 2025 yang diwarnai penuh nostalgia, beberapa tokoh penting SMAN 2 Kuningan mendapatkan penghargaan “Life Time Achievement IKASMANDA 2025” atas dedikasi mereka yang luar biasa.
Penghargaan tersebut disampaikan oleh Sekretaris Umum Ikasmanda, Erick Mubarok, di sela-sela kegiatan.
“Dengan penghargaan ini, kami ingin mengapresiasi peran besar mereka terhadap Smanda dan Ikasmanda selama bertahun-tahun,” ujar Erick, memberikan penghormatan kepada penerima penghargaan, termasuk mantan kepala sekolah seperti Drs. H. Sudrajat, Drs. Bambang Sri Sadono, M.Pd., H. Jaja Subagja, M.Pd., dan H. Tri Suknaedi, M.Pd.
Selain itu, penghargaan juga diberikan kepada Nurganda (almarhum, angkatan 1990) dan Deni Bahari Nugraha (almarhum, angkatan 1993) atas kontribusi mereka dalam menggerakkan organisasi Ikasmanda sejak awal berdirinya pada tahun 2002. Erick menekankan, “Mereka telah menjadi fondasi yang kokoh bagi komunitas kita.”
Figur lainnya yang menerima apresiasi adalah Maman Mezique (angkatan 1983), seorang pegiat lingkungan hidup yang turut mendirikan komunitas pecinta alam Smandarikal. Bersama kelompoknya, Maman aktif dalam berbagai kegiatan pelestarian lingkungan dan membantu masyarakat. “Kami selalu percaya bahwa menjaga alam adalah bentuk cinta kepada tanah air,” kata Maman Mezique.

Tak ketinggalan, penghargaan diberikan kepada Budi Riadi Soetidjo (angkatan 1988), yang menciptakan lagu “Mars Smanda” dan “Hymne Smanda”. Meski tidak dapat hadir di acara reuni karena kondisi kesehatan, penghargaan diserahkan langsung oleh Ketua Umum Ikasmanda, AA Ade Kadarisman, di kediaman Budi di kawasan Sumbersari, Ciparay, Bandung. Dalam pertemuan tersebut, Budi mengenang awal mula lahirnya lagu-lagu legendaris tersebut.
“‘Mars Smanda’ dan ‘Hymne Smanda’ saya ciptakan tahun 1987, dengan dorongan dari Pak Rudianto, guru pembina kesenian kala itu. Lagu-lagu itu mulai diperdengarkan kepada publik tahun 1988,” ujar Budi penuh rasa syukur. Ia juga menambahkan, “Saya tidak pernah menduga bahwa karya ini terus dinyanyikan oleh generasi demi generasi selama puluhan tahun.”
Budi Riadi Soetidjo menjelaskan bahwa lagu-lagu tersebut menggugah semangat untuk mencintai almamater dan tanah kelahiran di Kuningan, sekaligus memperkuat rasa bakti kepada tanah air. “Melalui musik, kita bisa menyatukan hati dan menghidupkan rasa cinta kepada negeri kita,” tuturnya.
Reuni Akbar Smanda 2025 menjadi momen hangat penuh makna, di mana semangat kebersamaan dan cinta kepada almamater terus bergema melalui penghargaan yang penuh apresiasi.***
Baca juga berita-berita menarik dialektika.id/ dengan klik Google News.
