DIALEKTIKA KUNINGAN — Saat gelombang urbanisasi dan fenomena anak muda enggan bertani semakin masif, Wildan Mauludin (27) dari Kabupaten Kuningan muncul sebagai sosok yang berbeda.
Lulusan Agribisnis ini menolak mengikuti jejak kakak-kakaknya yang sukses sebagai tenaga kesehatan. Ia memilih kembali ke desa, membangun masa depan dari tanah kelahirannya.
“Saya lahir dan besar Cihirup. keluarga saya, saya satu-satunya yang ‘beda arah’. Kakak-kakak saya dokter dan perawat, saya justru memilih jalan berlumpur,” tuturnya. “Ini bukan karena saya gagal menjadi yang lain, tapi karena saya tahu tanah ini butuh dijaga.”
Wildan memulai perjalanan bertaninya tahun 2019, hanya dengan beberapa petak lahan. Kini, ia sudah mengelola lahan seluas 13,5 hektare. Bukan petani yang pasrah pada cuaca, ia proaktif mengadopsi teknologi pertanian modern.
“Saya ikut pelatihan, pakai combine harvester, traktor roda 4, sistem irigasi tetes, bahkan merancang oven pengering padi sendiri,” jelasnya. “Semua ini demi efisiensi dan peningkatan hasil. Produksi saya naik 30% dan biaya panen turun drastis.”
Gerakan Regenerasi Petani: Bukan Seremonial Belaka
Wildan menegaskan, regenerasi petani Kuningan adalah gerakan nyata. Berdasarkan Sensus Pertanian 2023, ada 10.674 petani muda berusia 19-39 tahun Kuningan. Ia salah satunya.
“Saya tahu saya tidak sendirian. Kini ada 685 petani milenial Kuningan yang aktif, ikut pelatihan, dan terjun langsung. Kami bukan pajangan acara panen raya,” ujarnya. Ia juga mengapresiasi dukungan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kabupaten Kuningan yang menyediakan pelatihan dan akses pasar.
Wildan tak berjalan sendirian. Ia membentuk komunitas untuk saling berbagi pengetahuan dan mengajak anak muda lainnya agar mau bertani. Baginya, dukungan adalah kunci bagi petani baru untuk berkembang.
Kini, Wildan tengah menanti pengumuman seleksi final Petani Milenial Terbaik se-Jawa Barat. Berhasil masuk tiga besar, ia berharap bisa menjadi juara. Bukan untuk gengsi, melainkan untuk membuktikan bahwa petani adalah profesi yang membanggakan.
“Kalau mau diskusi soal regenerasi petani, mari turun ke sawah. Lihat kerja, bukan kata-kata,” tutupnya.***
Baca juga berita-berita menarik dialektika.id/ dengan klik Google News.
