DIALEKTIKA KUNINGAN — Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diakatan) Kabupaten Kuningan meluncurkan inisiatif revolusioner dalam mengubah pola konsumsi masyarakat, dengan fokus pada pengembangan Desa Berbasis B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman).
Desa Pagundan, bersama tiga desa lainnya di Kecamatan Lebakwangi—Desa Sindang, Pasayangan, dan Bendungan—ditunjuk sebagai pelopor program ini.
Peluncuran resmi program ini dilaksanakan pada Rabu, 12 Maret 2025, menandai langkah signifikan dalam upaya menekan angka stunting dan menciptakan generasi yang lebih sehat.
Acara peluncuran tersebut dibuka oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., yang menekankan bahwa ketahanan pangan tidak hanya berkutat pada ketersediaan makanan, tetapi juga pada kualitas konsumsi masyarakat.
“Dahulu, pola makan kita cenderung monoton—nasi menjadi andalan utama. Namun, saat ini kita harus berani melakukan perubahan. Diversifikasi pangan adalah kunci utama. Singkong, ubi, dan porang bukanlah sekadar makanan tradisional, melainkan solusi untuk masa depan. Perubahan kebiasaan ini membutuhkan waktu, mungkin hingga 20 tahun, tetapi harus dimulai dari sekarang,” ujar Kepala Disakatan.
Desa B2SA: Strategi Efektif Mengatasi Permasalahan Gizi
Dadan Danu, Kepala Desa Pagundan, menyambut positif program ini dan menekankan pentingnya edukasi pola makan sehat yang dimulai dari lingkungan keluarga.
“Makanan cepat saji memang praktis, tetapi belum tentu memiliki nilai gizi yang memadai. Kami berharap ibu-ibu PKK dapat menjadi penggerak utama dalam menerapkan pola makan B2SA di rumah. Perubahan ini harus dimulai dari dapur kita sendiri,” katanya.
Menurut Wahyu, program ini dapat memanfaatkan Dana Desa untuk membangun Kebun B2SA, yang menyediakan sumber pangan bergizi secara mandiri. Pemilihan desa-desa penerima program ini didasarkan pada data yang akurat, dengan mempertimbangkan angka stunting dan kebutuhan gizi masyarakat.
“Kebun B2SA bukanlah proyek jangka pendek. Ini adalah investasi jangka panjang untuk ketahanan pangan desa. Kami ingin masyarakat tidak hanya bergantung pada pasar, tetapi juga mampu memproduksi pangan sendiri,” tegasnya.
Kuningan Masuk dalam Jajaran Kabupaten Terpilih
Kepala Diskatan Kuningan juga menyampaikan kebanggaannya bahwa dari 27 kabupaten di Jawa Barat, hanya empat yang terpilih untuk menjalankan program ini, yaitu Kuningan, Majalengka, Subang, dan Garut.
“Kuningan termasuk dalam empat kabupaten terpilih yang dipercaya untuk melaksanakan program B2SA. Ini bukan sekadar prestasi, tetapi juga tanggung jawab besar untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan program ini,” ujarnya.
Sebagai penutup, Wahyu meminta komitmen penuh dari para kepala desa agar program ini tidak hanya menjadi proyek sementara. “Saya meminta jaminan dari para Kepala Desa bahwa setelah program ini difasilitasi, tidak akan ada lagi kasus kekurangan gizi dan stunting di desa ini. Kita harus serius!” tegasnya.
B2SA: Inisiatif Desa untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Sosialisasi B2SA ini bukan hanya sekadar teori, tetapi langkah nyata dalam membangun pola konsumsi yang cerdas, berbasis pangan lokal, dan berkelanjutan. Diharapkan, gerakan ini dapat menciptakan generasi yang lebih kuat, lebih sehat, dan terbebas dari masalah gizi.
B2SA bukan sekadar program, tetapi sebuah revolusi pangan dari desa untuk masa depan yang lebih baik!***
Baca juga berita-berita menarik dialektika.id/ dengan klik Google News.
