DIALEKTIKA — ‘Babarit’, merupakan adat tradisi ritual hajat bumi sebagai wujud syukur atas limpahan berkah dan kekayaan alam yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dilaksanakan setahun sekali dalam perayaan Hari Jadi Kuningan.
Minggu 27 Agustus 2023, Pemerintah Kabupaten Kuningan kembali menggelar Babarit di depan Pendopo Bupati, seraya memperingati Hari Jadi ke-525 Kuningan, yang jatuh pada 1 September 2023 besok.
Seperti biasanya, ribuan warga setempat berdatangan antusias mengikuti acara Babarit Hari Jadi Kuningan.
Babarit menjadi ciri tradisi adat Suku Sunda. Dan, Kabupaten Kuningan senantiasa melestarikannya secara rutin, sebagai ritual upacara memperingati hari jadi Kuningan yang biasa diperingati setiap 1 September.
Prosesinya, diawali dengan penyambutan kedatangan Bupati dan Wakil Bupati ke podium acara, dijemput oleh Aki Lengser. Yakni, laki-laki yang didandani menyerupai sesepuh (tua.red) dengan tampilan raut jenaka, didampingi beberapa dayang-dayang berupa penari cantik lengkap memakai pakaian khas tradisi Sunda.
Sesampainya Bupati dan Wakil Bupati beserta istrinya, duduk di podium yang sudah dipersiapkan khusus untuk acara Babarit ini. Duduk bersama semua pejabat daerah secara lesehan dalam hamparan karpet megah tepat di tengah-tengah ribuan masyarakat Kuningan yang begitu sesak memadati jalan raya Siliwangi tepat depan Pendopo tersebut.

Rakyat datang menyaksikan prosesi acara Babarit, tentunya ingin untuk mendapatkan potongan tumpeng-tumpeng menjulang tinggi, yang sudah dipersiapkan panitia untuk makan bersama dengan formasi ‘botram’—sayang, pada Babarit kali ini tidak ada tumpeng raksasa dan botram.
Bupati Kuningan, H. Acep Purnama, SH., MH., kemudian menyampaikan sambutannya, “Babarit mеruраkаn bаgіаn wujud ѕуukur kераdа Allаh SWT уаng Mаhа Kuаѕа dаn Mаhа Agung аtаѕ nіkmаt уаng tеlаh dіturunkаn. Sekaligus mеndоаkаn para реndаhulu/kаruhun уаng tеlаh рulаng kеrаhmаtullаh, аtаѕ dаrmа bhаktіnуа.”
“Hаnа ngunі hаnа mаngkе, tаn hаnа ngunі tаn hаnа mаngkе,” imbuhnya, уаng bеrаrtі аdа dаhulu аdа ѕеkаrаng, tаk аdа dаhulu tаk аdа рulа ѕеkаrаng.
Dikatakan Acep Purnama, “kіtа mеnуаkѕіkаn bеrѕаmа Babarit іnі mеmіlіkі nіlаі fіlоѕоfі nіlаі-nіlаі trаdіѕі dаn budауа untuk mеnjаgа аlаm dаn mеmіlіkі kереkааn ѕоѕіаl.”
“Semoga Kunіngаn ѕеnаntіаѕа bеrаdа dаlаm lіndungаn Allаh SWT, untuk mеnjаdіkаn Kunіngаn sebagai dаеrаh bаldаtun thаууіbаtun wа rаbbun ghаfur, dаеrаh уаng ѕubur dаn mаkmur yang dііrіng dеngаn ѕеlаlu bеrѕуukur аtаѕ nіkmаt уаng tеrіmа,” ucap Bupati.
Acara kemudian dilanjutkan dengan rajah atau upacara ritual oleh pemimpin adat untuk memberikan doa-doa dan penghormatan kepada ruh-ruh leluhur.
Juga, mengundang ruh-ruh leluhur untuk hadir dalam doa atau mantra yang disambatkan—dalam doa/mantra tersebut ada sebuah komunikasi untuk menyiratkan pesan dari para leluhur yang harus dijalankan dan juga sebagai penghubung permintaan perlindungan atau tolak bala kepada Tuhan, Allah SWT.

Selesai rajah, pemimpin adat atau yang disebut Pupuhu Papayung Agung menyampaikan petuah-petuah dan nasihat kepada semua yang menghadiri acara Babarit.
Sebelum pada puncak acara, yaitu pemotongan dan pembagian nasi tumpeng, terlebih dahulu disajikan hiburan tradisional berupa ibing atau tarian Sunda menyerupai tayub atau tarian pergaulan secara berpasangan. Tarian ibing ini diikuti Bupati dan Wakil Bupati, seluruh pejabat daerah yang hadir didampingi para istrinya.
Hal ini diikuti pula oleh warga yang menyaksikan Babarit, ada yang menari dengan pasangannya, ada pula yang menari bersama rangkulan selendang para penari adat yang begitu gemulai dan lentik jari-jemarinya, memukau meliak-liukan goyangan badan tubuhnya, tentu membuat pandangan mata para kaum adam terkesima.
Semua, lengkap dengan memakai pakaian adat Sunda, begitu menghayati dalam ke relung jiwanya, mereka menikmati tarian seakan begitu rindunya mereka terhadap seni tradisi, riang gembira dalam perayaan hari jadi tanah kelahirannya.
Kenapa tidak adanya tumpeng raksasa, dijawab Acep Purnama, lantaran tak mau melihat masyarakat saling rebutan sehingga berdesak tidak karuan, pun banyak hidangan tumpah hingga terinjak-injak kotor dan mubajir.
“Sebagai gantinya, kami sediakan 2.000 paket beras untuk warga kurang mampu, dan 3.200 nasi bungkus kita bagikan kepada masyarakat yang hadir,” terang Acep.
Usai acara, Bupati Kuningan H. Acep Purnama, SH., MH., dan Wabup Ridho Suganda, SH., M.Si., ucap pamit kepada seluruh masyarakat Kabupaten Kuningan, bahwasannya, mereka akan mengakhiri jabatan pada 4 Desember 2023 mendatang.***
Baca juga berita-berita menarik Dialektika.id dengan klik Google News.