DIALEKTIKA — Indonesia sedang berusaha untuk memperbaiki kondisi stunting di negaranya.
Data terbaru menunjukkan adanya kemajuan dalam hal ini, dengan prevalensi stunting yang turun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2023. Ini merupakan hasil dari kerja keras pemerintah dan masyarakat untuk memerangi masalah malnutrisi dan gizi buruk.
Beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Banten menunjukkan penurunan yang sangat signifikan dalam hal prevalensi stunting.
Meskipun Indonesia masih masuk dalam daftar negara dengan gizi buruk versi WHO, upaya-upaya yang dilakukan membuat negara ini bergerak menuju target penurunan stunting sebesar 14% pada tahun 2024.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, angka stunting pada tahun 2023 sebesar 21,6%.
Ini menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan dengan tahun 2019, saat prevalensi stunting mencapai 27,7%. Sementara itu, prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2021 mencapai 24,5%.
Indonesia memiliki target yang ambisius untuk memerangi masalah stunting. Ini adalah upaya yang mengagumkan untuk memastikan bahwa generasi masa depan memiliki akses yang lebih baik pada nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pengembangan yang sehat.
Penyebab Stunting di Indonesia
Penyebab utama stunting adalah malnutrisi dalam jangka panjang (kronis). Penyebab lainnya termasuk kurangnya asupan gizi yang diperoleh oleh balita sejak awal masa emas kehidupan pertama, dimulai dari dalam kandungan, infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan kurangnya stimulasi psikososial.
Stunting adalah masalah nutrisi yang sangat serius bagi Indonesia dan menyebabkan dampak yang mengakibatkan keterlambatan dalam perkembangan anak. Stunting tidak hanya mempengaruhi tumbuh kembang anak saat ini, namun juga memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan dan produktivitas mereka di masa depan.
Penyebab utama stunting di Indonesia adalah malnutrisi dalam jangka panjang (kronis). Ini bisa terjadi karena kurangnya asupan gizi yang baik bagi balita sejak awal masa emas kehidupan pertama, mulai dari dalam kandungan, hingga infeksi pada ibu, kehamilan pada remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan kurangnya stimulasi psikososial.
Faktor-faktor ini berinteraksi dan memperkuat satu sama lain, menciptakan lingkaran setan yang mempengaruhi nutrisi dan tumbuh kembang anak.
Untuk mengatasi stunting, pemerintah harus mengatasi penyebab utamanya yaitu malnutrisi kronis dan memastikan bahwa setiap anak memiliki akses yang memadai untuk gizi yang baik dan layanan kesehatan yang berkualitas.
Penanganan Stunting di Indonesia
Pemerintah Indonesia memiliki target ambisius untuk menurunkan angka stunting sebesar 14% pada tahun 2023. Dalam mencapai target ini, pemerintah Indonesia mengalokasikan dana besar sebesar Rp44,8 triliun untuk mendukung Program Percepatan Pencegahan Stunting di tahun 2022.
Selain itu, Deputi Bidang Koordinasi Kesehatan dan Kependudukan Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan juga telah membahas penanganan stunting dan target kesehatan yang dapat dicapai pada tahun 2023.
Melalui kerjasama dan komitmen dari berbagai pihak, Indonesia dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi muda.
Berkat upaya bersama, anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat, memiliki potensi untuk menjadi pemimpin masa depan yang kuat dan tangguh.
Dengan memperhatikan kondisi stunting dan berupaya mengatasi masalah ini, Indonesia dapat memastikan bahwa masa depan negara ini akan lebih baik dan lebih cerah.
Stunting adalah masalah besar bagi anak-anak Indonesia. Persentase anak yang terkena stunting sangat tinggi, mencapai 24,4%. Ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik yang memengaruhi pertumbuhan anak, serta kurangnya asupan nutrisi dan stimulasi yang dibutuhkan.
Namun, meskipun ada upaya dan dukungan yang besar dari pemerintah, penanganan stunting masih menghadapi beberapa tantangan.
Tingginya persentase anak yang terkena stunting, faktor lingkungan dan genetik yang memengaruhi pertumbuhan, serta kurangnya asupan nutrisi dan stimulasi yang dibutuhkan, semuanya menjadi faktor penghambat dalam mengatasi stunting.
Sayangnya, intervensi yang ada saat ini kurang efektif dalam mengatasi masalah ini. Ego sektoral yang masih ada pada masing-masing OPD, kualitas sumberdaya manusia yang belum memadai, dan koordinasi antar pihak yang belum optimal, semuanya menjadi hambatan dalam penanganan stunting.
Bahkan, ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 juga menambah tantangan dalam upaya mengatasi stunting di Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih serius dan terkoordinasi untuk memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan memanfaatkan potensi mereka sepenuhnya. Kita harus bekerja bersama untuk memastikan bahwa masa depan negara ini lebih baik dan lebih cerah bagi generasi muda.
Visi dan Langkah Kongkret Penanganan Stunting di Indonesia ke Depan
Indonesia memiliki visi jelas dalam penanganan stunting. Tahun 2023 adalah tahun yang akan dicapai target prevalensi stunting sebesar 14 persen. Untuk mencapai visi tersebut, beberapa langkah kongkret yang dapat dilakukan adalah:
1). Prioritas Pendanaan: Program penurunan stunting harus mendapatkan dukungan finansial yang kuat. Hal ini akan memastikan program tersebut dapat berjalan dengan baik dan memiliki dampak yang maksimal.
2). Aksi Nyata Kelurahan/Desa: Perangkat kelurahan/desa harus terlibat aktif dalam mengurangi tingkat stunting. Mereka bisa memimpin aksi nyata, memberikan edukasi, dan me menurunkan stunting
3). Melibatkan masyarakat dalam program TPPS dan Satgas Percepatan Penanganan Stunting, serta memberikan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang untuk mencegah stunting
Kesimpulan
Data Stunting Indonesia menunjukkan penurunan prevalensi stunting dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2023. Beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Banten juga menunjukkan penurunan yang signifikan.
Penyebab utama stunting adalah malnutrisi kronis, infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan kurangnya stimulasi psikososial.
Pemerintah Indonesia memiliki target ambisius untuk menurunkan angka stunting sebesar 14% pada 2023 dan mengalokasikan dana besar sebesar Rp44,8 triliun untuk mendukung program percepatan pencegahan stunting.
Dalam upayanya, pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki akses yang memadai untuk gizi dan layanan kesehatan yang berkualitas.***
Penulis: Aditya Hera Nurmoko
Pengamat Ekonomi dari STIE YKP Yogyakarta, Ahli dan Dosen Republik Indonesia (ADRI DIY), Lead Auditor ISO, Auditor CHSE Hotel & Tourism.
Baca juga berita-berita menarik Dialektika.id dengan klik Google News.