Berkat Arahan Joe Biden, Serangan Militer Amerika Serikat Tewaskan Pemimpin ISIS di Suriah

Presiden Joe Biden arahkan serangan militer Amerika Serikat menyerang Suriah dan menewaskan pemimpin ISIS Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi.
Presiden Joe Biden arahkan serangan militer Amerika Serikat menyerang Suriah dan menewaskan pemimpin ISIS Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi.* (foto al-Qurayshi/Wikipedia.org)

DIALEKTIKA — Serangan militer Amerika Serikat tadi malam menggempur wilayah barat laut Suriah mengakibatkan pemimpin ISIS tewas.

Serangan tersebut merupakan arahan langsung dari Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.

Setelah mendengar kabar pemimpin ISIS tewas, Presiden Joe Biden pun mengabarkan hal ini dalam unggahan Twitter di akun @POTUS (United States Government Official), Kamis 3 Februari 2022 malam, waktu Amerika Serikat.

“Last night at my direction, U.S. military forces successfully undertook a counterterrorism operation. Thanks to the bravery of our Armed Forces, we have removed from the battlefield Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi — the leader of ISIS,” tulis Biden dalam Twitter.

Dilansir dari NPR.org, pemimpin ISIS tewas terbunuh dalam serangan AS semalam di barat laut Suriah sebagian besar merupakan misteri, dengan hampir tidak ada foto yang diketahui, tidak pernah muncul di depan umum atau dalam video kelompok itu.

Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi menemui ajalnya di provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak yang sama di mana pendahulunya, Abu Bakr al-Baghdadi, diburu oleh Amerika Serikat lebih dari dua tahun lalu.

Memang agak jauh dari panggung utama di Suriah timur dan Irak di mana kelompok itu pernah memegang kekuasaan besar, petak wilayah dalam “kekhalifahan” yang dideklarasikan sendiri.

Seorang militan veteran sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada tahun 2003, ia mengambil nama Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi ketika ia mengambil alih komando ISIS setelah al-Baghdadi tewas dalam serangan Oktober 2019.

Dengan memimpin sisa-sisa kelompok saat mereka berkumpul kembali setelah jatuhnya kekhalifahan mereka dan bergeser ke bawah tanah untuk mengobarkan pemberontakan di Irak dan Suriah.

Kematiannya terjadi saat militan ISIS, setelah bertahun-tahun melakukan serangan tabrak lari tingkat rendah, mulai melakukan serangan yang lebih berani dan profil yang lebih tinggi.

Bulan lalu, ISIS menyerang sebuah penjara di timur laut Suriah untuk membebaskan rekan-rekannya yang dipenjara, yang menyebabkan pertempuran 10 hari dengan pasukan pimpinan Kurdi yang menewaskan sekitar 500 orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *